Kamis, 20 Januari 2011

ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA

MAKALAH
ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA
PADA MEDIA MASSA CETAK



Nama  :           Agung Trinugroho
NIM    :           105050100111153
Kelas  :           C


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010

BAB  I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia. Adanya kecenderungan bersikap negatif terhadap bahasa Indonesia merupakan salah satu sikap yang dimiliki oleh media massa. Hal itu terlihat dari aktivitas kebahasaan yang ada. Mereka lebih bangga menggunakan bahasa asing dari pada menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah, walaupun sebenarnya situasi dan kondisi saat itu tidak memungkinkan. Bila bahasa yang digunakan di media massa cetak dianalisis, kemudian dikritik dan disalahkan, mereka berkilah bahwa gaya bahasa jurnalistik berbeda dengan kaidah bahasa Indonesia, walaupun sebenarnya gaya bahasa jurnalistik dalam penggunakan bahasa Indonesia sangat berbeda konteks.
            Pemakaian bahasa Indonesia di meda cetak penulis sering berdalih untuk menerapkan prinsip ekonomi bahasa. Namun, kenyataannya mereka sering boros menggunakan kata-kata yang mestinya tidak perlu.(mubazir). Media cetak merupakan salah satu media yang menggunakan bahasa sebagai alat utamanya. Peranan surat kabar dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia sangatlah besar. Pembentukan dan pemakaian istilah baru serta pemasyarakatnya sangatlah ditentukan oleh media cetak.
            Berkenaan dengan fakta itulah penulis melakukan penelitian ataupun analisis pada media cetak di Malang, khususnya “SURYA” (salah satu media massa cetak di Jawa timur) edisi sabtu 8 januari 2011, mengenai kesalahan pemakaian bahasa Indonesia, khususnya bidang morfologi. Kesalahan itu terkait dengan bidang tersebut antara lain kesalahan pemakaian kata penghubung, kesalahan penggunaan kata yang mibazir, kesalahan penggunaan bentuk kata, kesalahan dalam penggunaan unsur serapan, dan kesalahan dalam kadar kebakuan.





B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan diatas, penulis mengajukan beberapa masalah yang akan dibahas pada bab selanjutnya, antaralain:
1.      Bagaimanakah pemahaman penulis mengenai penganalisaan penggunaan bahasa Indonesia pada media massa cetak.
2.      Bagaimanakah penggunaan kata bahasa Indonesia yang baik pada media massa cetak.

C.  Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai oleh penulis dalam pembuatan makalah ini adalah:
1.      Menambah pengetahuan penulis mengenai penggunaan tugas menganalisis penggunaan bahasa Indonesia pada media massa cetak.
2.      Untuk mengembangkan rasa tanggung jawab penulis akan tugas yang diberikan.
3.      Menambah pembendaharaan literature di perpustakaan.
4.      Memenuhi salah satu tugas UAS yang diajukan oleh dosen dalam mata kuliah bahasa Indonesia.


D.  Manfaat
Penulis mengharapkan bahwa makalah yang dibuat ini dapat memberikan manfaat antaralain:
1.      Sebagai wahana untuk melatih penulis dalam mambuat makalah.
2.      Dalam menambah pengetahuan pembaca mengenai penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar.
3.      Memotivasi siswa atau penulis untuk meningkatkan dan menambahkan semangat belajar maupun berkreasi.
4.      Sebagai bahan pustaka.





BAB  II
PEMBAHASAN
1. Dasar - Dasar Analisis Bahasa
            Penyelidikan morfosintaksis ditentukan oleh perpaduan bentuk dan pengertian. Keduanya merupakan sebuah komposit, karena pengertian itu selalu diberikan oleh bentuk. Perbedaan bentuk membawa perbedaan pengertian. Jika tidak, kita tetap memperlakukannya sebagai berbeda. Demikian pula hal yang sebaliknya. Persamaan bentuk membawa persamaan pengertian. Jika tidak, kita lalu memperlakukannya sebagai berbeda. Sering terdapat bentuk yang berulang dengan pengertian yang sama tidak terus menerus tetapi sama, melainkan ada beberapa perbedaan, yang disebabkan oleh fonem yang berdekatan. Oleh sebab itu, karena bahasa merupakan juga alat bagian-bagian lain kebudayaan itu, maka terlebih pentingnya kita memperhatikan komposit bentuk-pengertian ini di dalam penyelidikan alat kebudayaan, yaitu bahasa.
           
Salah satu sarana informasi yang berpengaruh besar dalam masyarakat adalah surat kabar. Sebagai sarana informasi, surat kabar dalam misinya menggunakan ragam bahasa tulis. Dibandingkan dengan ragam lisan, pemakain ragam tulis harus lebih cermat. Kecermatan yang dimaksud meliputi (1) kaidah tata tulis atau ejaan, (2) kaidah pemilihan kata atau diksi, (3) kaidah struktur kalimat. Walaupun diakui bahwa bahasa tulis ragam pers (surat kabar mempunyai sifat khas, yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas dan menarik harus pula mengindahkan kaidah gramatikal bahasa Indonesia.
            Kajian dalam tulisan ini lebih memfokuskan pada pemakaian bahasa Indonesia media cetak di Malang, khususnya “SURYA” (salah satu media massa cetak di Jawa timur) edisi sabtu 8 januari 2011. Penekanan kajian dilakukan khusus pada bidang morfologi. Dari data yang terkumpul penulis menemukan kesalahan pemakaian bahasa Indonesia yang terkait dengan pemakaian kata penghubung, kesalahan penggunaan kata yang mubazir, penyengauan bunyi awal kata dasar. Berikut analisis masing-masing kesalahan.







            2. Kesalahan dalam Penggunaan Kata Penghubung, Gaya bahasa, Istilah,
                dan kata baku
           

            Kata Penghubung
           
            Ungkapan/kata penghubung dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu kata penghubung intrakalimat dan kata penghubung antarkalimat.Ungkapan atau kata penghubung intrakalimat adalah ungkapan/kata dalam sebuah kalimat yang berfungsi menghubungkan unsur-unsur kalimat. Ungkapan/kata penghubung intakalimat tidak pernah digunakan pada awal sebuah kalimat, kecuali jika kata itu digunakan pada anal kalimat yang mendahului induk kalimat, seperti karena. Oleh karena itu kata-kata yang tergolong ke dalam ungkapan/kata penghubung itu tidak pernah/tidak boleh ditulis dengan huruf kapital.
Contoh kata penghubung itu adalah:
 ... dan ... ... yang....
 ... bahwa ... agar....
 ... sehingga .... ... karena ....

            Selain, dalam bahasa Indonesia terdapat ungkapan/kata penghubung intrakalimat yang penulisannya selalui didahului oleh tanda koma, seperti ... sedangkan... dan ....tetapi...
Ungkapan penghubung antarkalimat berfungsi menghubungkan sebuah kalimat dengan kalimat lain. Oleh karena itu, kata/ungkapan penghubung jenis ini harus ditulis dengan huruf kapital dan diiringi tanda koma. Posisinya dalam kalimat selalu berada pada awal kalimat yang dihubungkan dengan kalimat sebelumnya.
Kata penghubung jenis ini, antara lain, sebagai berikut:
.... akan tetapi...
 .... Berkaitan dengan hal itu,...
 .... Meskipun demikian,...
 .... Oleh karena itu....
 .... Sebaliknya, ....

Para wartawan dalam menulis di media cetak tidak jarang mengggunakan ungkapan/kata penghubung/konjungsi ini secara tidak tepat. Ketidaktepatan menggunaaan konjungsi dapat dilihat pada penggunaan berikut.
Meskipun lukanya cukup serius, korban dilarikan ke RS Abdoer Rachem Situbondo. (SURYA, 8 januari 2011)
           
Gaya bahasa
            Beberapa kesalahan lain dalam media massa cetak SURYA edisi 8 januari 2011 antara lain dalam bentuk gaya bahasa yaitu ”dipolisikan” menggunakan gaya bahasa hiperbola. Kata ”dipolisikan” mengandung arti dimasukkan kedalam penjara.

Istilah
            Kesalahan lain dalam bentuk istilah yaitu ”anjal dan gepeng”, ini adalah istilah-istilah yang tidak seharusnya digunakan oleh media massa cetak, karena ini merupakan singkatan dari dua kata yang digabungkan menjadi satu. Kata anjal kepangjanngan dari anak jalanan dan gepeng kepanjangan dari gelandangan pengemis.

Kata baku
            Kemudian kesalahan yang tak kalah pentingnya yaitu kesalahan pada kata baku dimana ini yang paling banyak dijumpai dalam  media massa cetak ini yaitu
”item” seharusnya ”hitam”
”enggak” seharusnya ”tidak”
”antri” seharusnya ”antre”
”aja” seharusnya  ”saja”
”bakal” seharusnya ”akan”
”lho” adalah bahasa prokem, dll.
           
            Kata-kata tak bermakna dalam media massa sangat sedikit. Hal ini berkaitan dengan penjelasan dalam media massa yang tidak terlalu detil, sehingga sangat sediktit melibatkan angka-angka dalam penjelasannya. Kata-kata tak bermakna dalam media massa ini biasanya diperoleh dari kesalahan pengetikan seperti "apa?", menjadi "apa ?". Pada contoh kedua tanda tanya dianggap sebagai suatu kata tersendiri, sehingga kata ini menjadi tidak bermakna.

           



BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari media cetak SURYA, edisi 8 januari 2011, penulis berkesimpulan bahwa masih banyak terjadi kesalahan penulisan terutama bidang morfologi. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain : 
  1. Kesalahan penggunaan kata penghubung
  2. Kesalahan penggunaan kata baku
  3. Kesalahan pada penggunaan istilah
  4. Kesalahan pada penggunaan gaya bahasa


B.  Saran
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya maka penulis mengemukakan beberapa saran :
1.      Agar penulis meningkatkan kegiatan membaca, terutama mengenai penggunaan bahasa indonesia, agar pengetahuan penulis dalam mengenal dan memahami kata   semakin meluas.
2.      Hendaknya pembahasan mengenai penggunaan kata tugas dilanjutkan pada media yang lain.
3.      Sebaiknya di perpustakaan Universitas Brawijaya menyediakan lebih banyak buku-buku yang membahas mengenai analisis penggunaan bahasa indonesia.







DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zainal, dan S. Amran Tasai. 2000. Cermat Berbahasa Indonesia. Untuk Perguruan Tinggi. Edisi Baru, Cetak 1V. Jakarta.
Jahdiah. 2010. Analisis Pemakaiaan Bahasa Indonesia dalam Media Cetak.http://pusatbahasa.diknas.go.id/laman/nawala.php?info=artikel&infocmd=show&infoid=79&row=5.diakses tanggal 7 januari 2011.
Samsuri . 1994 . Analisis Bahasa . Jakarta :  Erlangga